TULUNGAGUNG – Tanggal 12 Oktober diperingati sebagai Hari Museum Nasional 2025.
Momen penting untuk mengenang perjalanan panjang lembaga museum di Indonesia sekaligus mengajak masyarakat lebih dekat dengan sejarah dan kebudayaan bangsa.
Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan juga bentuk penghargaan atas peran museum dalam menjaga identitas bangsa.
Di Tulungagung, semangat memperingati Hari Museum Nasional biasanya juga diwujudkan dengan berbagai kegiatan di Museum Daerah Tulungagung yang berada di jalan raya Boyolangu, Kecamatan Boyolangu.
Museum Daerah Tulungagung ini juga biasa disebut Museum Wajakensis dan dikelola pemkab melalui Disbudpar Tulungagung.
Sekadar diketahui, Museum Wajakensis merupakan museum umum yang didirikan pada akhir 1996.
Ide pendirian museum berawal karena terdapat banyak penemuan cagar budaya di sekitar situs percandian di Tulungagung.
Karena itu, pada tahun 1856-1864, bupati pertama Tulungagung, RM A. Sosrodiningrat membuatkan ruang kaca untuk meletakkan benda-benda tersebut di Pendapa Kongas Arum Kusumaning Bangsa.
Selanjutnya pada 1996, benda-benda tersebut dipindahkan ke bangunan museum yang sekarang karena semakin bertambahnya jumlah koleksi.
Penamaan Wajakensis didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah Tulungagung Selatan terkenal berkat temuan fosil manusia purba.
Penemuan yang dinamakan Wajak 1 dan Wajak 2, yang kemudian dikenal sebagai Homo Wajakensis (Manusia Purba dari Wajak).
Jenis koleksi yang dipamerkan adalah arkeologika dan etnografika dengan koleksi unggulannya replika Homo Wajakensis.
Kabid Kebudayaan Disbudpar Tulungagung, Dewi Cahyaningtyas, menjelaskan bahwa museum daerah saat ini berupaya keras untuk melestarikan dan menghidupkan kembali kunjungan masyarakat.
Hal itu dilakukan dengan melakukan berbagai macam jenis kegiatan di sana.
“Salah satu upaya pelestarian museum daerah adalah fokus pada menarik minat masyarakat, baik pelajar maupun komunitas, agar datang dan meramaikan museum,” ujarnya.
Dewi menambahkan, Museum Daerah Tulungagung masih tergolong dalam tipe C dengan koleksi yang telah tercatat sebanyak 1.044 benda di register nasional museum.
Koleksi tersebut meliputi berbagai kategori sejarah seperti arkeologi, etnografi, perhiasan, pusaka hingga alat-alat seni yang menggambarkan perjalanan kebudayaan lokal.
Meski demikian, dia mengakui bahwa museum daerah masih menghadapi tantangan dari sisi minat kunjungan masyarakat.
“Selama ini kami memang terkendala dengan pengunjung yang sepi. Mungkin karena belum adanya ketertarikan terhadap benda-benda arkeologi atau sejarah. Namun masih ada pelajar dan peneliti yang datang untuk kepentingan akademik,” terangnya.
Melalui momentum Hari Museum Nasional ini, Disbudpar Tulungagung berharap keberadaan museum daerah semakin dikenal dan diminati masyarakat.
“Harapan kami, kunjungan wisatawan dan masyarakat dapat meningkat, sehingga mereka tahu bahwa di Tulungagung juga ada museum. Dari situ, tumbuh rasa cinta terhadap sejarah bangsa,” tutur Dewi. (sri/c1/rka)