TULUNGAGUNG – Prospek cerah buah tropis tampaknya benar-benar dirasakan oleh Mulyono, seorang pembudi daya jambu kristal di Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung.
Buktinya saat ini dia kewalahan memenuhi permintaan pasar yang terbilang tinggi.
Bagaimana tidak, Mulyono kini bahkan mengaku kewalahan memenuhi derasnya permintaan pasar lokal yang terus meningkat, khususnya dari jaringan supermarket dan pusat oleh-oleh di sekitar wilayah Mataraman.
Awalnya, Mulyono bukanlah pemain baru di dunia agribisnis. Lebih dari tiga dasawarsa dia bergelut di bidang budi daya buah.
“Dulunya basic belimbing, 33 tahun,” ungkap Mulyono, menjelaskan latar belakangnya.
Namun, tiga tahun belakangan, dia memutuskan banting setir untuk “bermain” dan mengembangkan komoditas jambu kristal.
Meskipun terbilang baru dalam budi daya jambu kristal, dia tidak setengah-setengah.
Mulyono menerapkan metode yang terukur untuk memastikan kualitas produknya.
Selama tiga tahun, dia belajar keras untuk menemukan formulasi dan formulator terbaik.
“Tapi dengan tiga tahun ini kita belajar betul mana taste-nya,” ujarnya.
Berkat kegigihan itu, kini dia memiliki formulasi yang tepat.
Satu batang pohonnya bisa menghasilkan 40 hingga 50 kilogram buah dengan rata-rata bobot per buah mencapai sekitar setengah kilogram.
Bahkan, dia sempat membuktikan hasilnya mencapai 1,2 kilogram per buah.
Namun, dia memiliki target ambisius.
“Tapi saya belum puas. Ini program bulan Desember, satu ini harus nyampai 1 kilogram,” tegasnya.
Saat ini, Mulyono baru memiliki sekitar 300 pohon dengan sekitar 100 pohon yang sudah masuk kategori produktif.
Untuk memasok pasar, dia melakukan panen setiap Kamis.
Hal ini dilakukan karena pelanggan utamanya, yakni supermarket, memintanya agar buah sudah siap di tempat setiap Jumat.
Tingginya permintaan pasar terhadap jambu kristal ini menjadi motivasi terbesar bagi Mulyono untuk melakukan ekspansi.
Dia mengakui bahwa saat ini pasar memang sedang kekurangan pasokan.
“Pasar sekarang kekurangan barang dan menjadi peluang menjanjikan,” tuturnya.
Patut diingat, permintaan dari pasar, utamanya supermarket, terus meningkat.
Untuk mengatasi hal tersebut, Mulyono menargetkan hingga Desember harus sudah memiliki 500 batang pohon produktif.
Tapi, dia memilih untuk lebih fokus pada penguatan pasar dalam negeri dibandingkan kembali ke jalur ekspor seperti saat membudidayakan belimbing dahulu.
“Saya lebih konsen di lokal. Nggak ngejar di situ. Saya ngejar di pengembangan reseller man–to–man,” lanjutnya.
Harga jual jambu kristal Mulyono terbilang cukup menarik. Yakni, Rp 15.000 per kilogram jika dibeli langsung di tempat.
Sementara di supermarket, harganya bisa lebih tinggi.
Volume permintaan dari pasar lokal jadi alasan utama bisnis ini tetap berdenyut.
Mulyono membeberkan bahwa permintaan dari jaringan supermarket sangat tinggi.
“Yang di supermarket aja minimal saya kalau disediakan hari Kamis tok, 4 kuintal habis. Minggu sore apa Senin, saya suruh kirim lagi, saya tidak mampu,” keluhnya.
Permintaan pasar lokal secara keseluruhan, termasuk dari pusat oleh-oleh yang ramai saat akhir pekan, diperkirakan mencapai lebih dari 5 kuintal.
Mulyono menyebutkan bahwa saat ini rutin mengirim jambu kristal ke Tulungagung, Kediri, dan Nganjuk.
Melihat prospek yang menggiurkan ini, dia juga berencana melakukan perluasan jangkauan pasar yang lebih jauh lagi.
“Nanti bulan Desember, kita ke Jombang. Bulan 3 tahun 2026, kita ke Bojonegoro,” tandasnya. (*/c1/rka)